Senin, 08 September 2014

Adaptasi

A. Adaptasi

Adaptasi diperlukan makhluk hidup untuk bertahan hidup. Adaptasi terbagi menjadi tiga macam, yaitu adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku.

1. Adaptasi Morfologi

Adaptasi morfologi adalah penyesuaian bentuk tubuh atau struktur tubuh tertentu dari suatu organisme terhadap lingkungannya. Adaptasi ini terjadi pada hewan dan tumbuhan.

a. Adaptasi Morfologi pada Hewan

Beberapa contoh adaptasi morfologi pada hewan adalah bentuk paruh dan kaki pada burung, tipe mulut serangga, dan bentuk gigi hewan.
1) Bentuk paruh dan kaki burung
Pernahkah kamu memperhatikan paruh burung yang berbeda-beda? Paruh burung beo berbeda dengan paruh burung elang. Paruh burung berbeda-beda sesuai dengan makanannya. Begitu juga dengan bentuk kaki burung, berbeda-beda sesuai dengan tempat hidup dan cara hidupnya.
Burung elang memiliki kaki yang kuat untuk mencengkeram mangsanya dan memiliki paruh yang kuat untuk merobek mangsanya. Sedangkan, burung pencari makan di air memiliki paruh yang pipih dan panjang, serta memiliki kaki yang dilengkapi dengan selaput untuk berenang, contohnya adalah itik.
Burung pelatuk yang memakan serangga di lubang-lubang pohon memiliki paruh seperti pahat. Sedangkan, burung kolibri yang menghisap madu bunga memiliki paruh yang kecil dan panjang.
2)    Tipe mulut serangga
Pada serangga terdapat beberapa tipe mulut. Perbedaan ini disebabkan perbedaan jenis makanannya.
  • Tipe mulut untuk menggigit dan mengunyah, contohnya belalang.
  • Tipe mulut untuk menusuk dan menghisap, contohnya nyamuk.
  •  Tipe mulut untuk menghisap, contohnya kupu-kupu.
3)    Bentuk gigi hewan
Bentuk gigi hewan bermacam-macam, tergantung jenis makanannya. Hewan pemakan tumbuhan atau herbivora memiliki gigi geraham depan dan belakang yang lebar dan datar. Gigi ini sangat sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah atau menggilas makanan. Hewan pemakan daging atau karnivora memiliki gigi taring yang tajam dan runcing untuk mengoyak mangsanya.
Gambar 4.4 (a) gigi herbivora (b) Gigi karnivora
Gambar 4.4 (a) gigi herbivora (b) Gigi karnivora

b. Adaptasi Morfologi pada Tumbuhan

Adaptasi pada tumbuhan dapat menyebabkan perbedaan yang sangat nyata pada tumbuhan. Berdasarkan morfologi tubuhnya, tumbuhan dibagi menjadi beberapa macam, antara lain tumbuhan hidrofit, higrofit, dan xerofit.
1) Tumbuhan hidrofit
Tumbuhan hidrofit adalah tumbuhan yang hidup di air dalam waktu yang lama. Tumbuhan ini mengapung di permukaan air, berdaun lebar dan tipis, memiliki lapisan kutikula yang tipis dan mudah ditembus air. Contohnya adalah teratai dan eceng gondok.
2)    Tumbuhan higrofit
Tumbuhan higrofit adalah tumbuhan yang hidup di lingkungan yang basah. Contohnya adalah keladi. Tumbuhan ini memiliki ciri daun yang lebar untuk mempercepat penguapan.
3)    Tumbuhan xerofit
Tumbuhan xerofit adalah tumbuhan yang hidup di daerah yang sedikit air, seperti gurun pasir. Contohnya adalah kaktus. Ciri-ciri tumbuhan ini adalah berdaun tebal dan berduri untuk mengurangi penguapan. Tumbuhan xerofit memiliki jaringan

2. Adaptasi Fisiologi

Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian fungsi kerja alat-alat tubuh suatu organisme terhadap lingkungannya. Contohnya, orang yang berada di dataran tinggi biasanya memiliki jumlah sel darah merah yang lebih tinggi dibandingkan orang yang tinggal di dataran rendah. Contoh lainnya adalah di dalam saluran pencernaan hewan memamah biak, seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba terdapat mikro-organisme yang menghasilkan enzim selulase. Enzim ini berperan dalam mencerna selulosa yang terdapat pada sel-sel tumbuhan yang dimakannya.

3. Adaptasi Tingkah Laku

Adaptasi tingkah laku adalah perubahan perilaku suatu organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Beberapa contoh adaptasi tingkah laku adalah sebagai berikut:

a. Mimikri

Mimikri adalah perubahan warna kulit hewan sesuai lingkungan tempat ia tinggal, contohnya bunglon. Apabila
bunglon tinggal di daun yang hijau, tubuhnya akan berwarna hijau seperti daun. Sebaliknya, jika lingkungan tempat tinggalnya di batang pohon, warna tubuhnya akan seperti warna batang pohon. Hal ini menyebabkan bunglon terhindar dari pemangsanya.
Serangga juga memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Misalnya, kupu-kupu yang menyerupai daun kering, ada juga serangga yang menyerupai daun yang hijau atau memiliki bentuk tubuh seperti ranting.
Gambar 4.8 Serangga menyerupai daun hijau
Gambar 4.8 Serangga menyerupai daun hijau

b.    Autotomi

Gambar 4.9Jika dikejar musuhnya, cecak akan melepaskan ekornya
Gambar 4.9
Jika dikejar musuhnya, cecak akan melepaskan ekornya
Pernahkah kamu melihat cecak melepaskan ekornya saat dikejar musuhnya? Ekornya yang lepas akan bergerak-gerak sehingga perhatian pemangsa beralih ke ekor tersebut dan cecak dapat menghindar atau menyelamatkan diri dari pemangsanya. Hal ini disebut autotomi. Autotomi adalah pemutusan ekor pada hewan untuk menjaga dirinya dari serangan musuh.

c.    Munculnya Paus ke Permukaan Air

Paus merupakan hewan mamalia yang hidup di air. Mereka bernapas dengan paru-paru. Untuk menghirup udara yang mengandung oksigen, hewan tersebut muncul ke permukaan air. Setelah menghirup udara, hewan tersebut menyelam kembali ke dalam air. Kemudian, muncul kembali dan menghembuskan udara yang jenuh dengan uap air dari paru-paru melalui lubang hidung yang terdapat di bagian atas tubuh hewan tersebut.
Gambar 4.10 Paus muncul ke permukaan air untuk menghirup udara
Gambar 4.10 Paus muncul ke permukaan air untuk menghirup udara

d.    Pengeluaran Cairan Tinta

Cumi-cumi dan gurita akan menyemprotkan tintanya dan berenang menjauh jika dalam keadaan bahaya. Hal ini dilakukan untuk mengecoh lawan sehingga lawan tidak bisa mengetahui keberadaannya karena lingkungan sekitarnya menjadi gelap.
Gambar 4.11 Gurita dapat mengeluarkan cairan tinta
Gambar 4.11 Gurita dapat mengeluarkan cairan tinta

e.    Perilaku Reproduksi

Dalam perilaku reproduksi, biasanya seekor hewan jantan bertarung dengan jantan lain. Hal ini terjadi agar dapat menguasai si betina dan dapat melakukan perkawinan untuk berkembang biak. Ada pula jantan yang menunjukkan bagian-bagian tertentu dari tubuhnya untuk menarik perhatian si betina. Contohnya, burung merak jantan akan mengembangkan bulu ekornya untuk menarik perhatian betina saat musim kawin.
Gambar 4.12 Burung merak jantan sedang menarik perhatian betinany
Gambar 4.12 Burung merak jantan sedang menarik perhatian betinanya

B. Seleksi Alam

Bencana alam atau perubahan iklim yang drastis menyebabkan alam berubah. Agar dapat terus hidup, makhluk hidup harus bisa beradaptasi dengan perubahan alam tersebut. Makhluk hidup yang tidak bisa beradaptasi akan punah. Oleh karena itu, secara tidak langsung alam menyeleksi organisme yang hidup di dalamnya.
Apabila terjadi suatu bencana pada ekosistem, organisme ekosistem tersebut memiliki dua pilihan, yaitu bertahan hidup atau bermigrasi. Bila bertahan hidup, organisme tersebut harus dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Ada juga organisme yang lebih memilih untuk bermigrasi ke lingkungan yang lebih cocok. Di lingkungan yang baru ini, hanya organisme yang dapat beradaptasi yang dapat hidup dan melestarikan keturunannya. Keturunan yang baru di tempat yang baru, lama kelamaan akan mengalami perubahan dan pada akhirnya akan terbentuk spesies yang baru.

1. Terbentuknya Spesies Baru

Organisme yang mampu bertahan hidup di tempat yang baru akan berkembang biak dan menghasilkan keturunan yang baru. Keturunan yang baru ini langsung bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru tanpa mengenal kebiasaan leluhurnya. Hal ini menyebabkan perubahan-perubahan yang mengarah ke evolusi dan menyebabkan terbentuknya spesies baru.
Perubahan yang bisa menyebabkan terbentuknya spesies baru bisa dilihat pada burung Finch di pulau Galapagos yang diteliti oleh Charles Darwin. Nenek moyang burung Finch ini diduga berasal dari Ekuador yang memakan biji-bijian. Tetapi, burung Finch di pulau Galapagos memiliki paruh yang bentuk dan ukurannya berbeda-beda tergantung pada jenis makanannya.
Burung Finch pemakan biji-bijian memiliki paruh berbentuk tebal dan kuat. Burung Finch penghisap madu memiliki bentuk paruh lurus dan panjang. Sedangkan, burung Finch pemakan serangga memiliki bentuk paruh yang seperti burung pemakan serangga.
Gambar 4.13 Burung Finch di Pulau Galapagos
Gambar 4.13 Burung Finch di Pulau Galapagos
Perbedaan paruh burung Finch ini membuat Darwin menduga bahwa penyebabnya adalah terbatasnya biji-bijian di lingkungan yang baru. Akibatnya, keturunan yang baru beradaptasi dengan mengubah menu makanannya. Lama kelamaan hal ini menyebabkan perubahan bentuk paruh pada burung Finch. Perubahan ini menyebabkan generasi yang baru memiliki bentuk paruh yang sangat berbeda dengan leluhurnya dan mengarah ke bentuk spesies yang baru.

2. Kepunahan Organisme

Organisme yang tidak bisa beradaptasi dengan lingkungannya akan mengalami kepunahan. Punahnya organisme ini bisa terjadi karena alam dan ulah manusia. Contoh musnahnya organisme karena alam adalah punahnya Dinosaurus yang disebabkan oleh perubahan iklim yang sangat drastis di muka bumi saat itu. Para ahli menduga, saat itu ada meteor raksasa yang jatuh ke bumi yang membuat bumi dipenuhi gas, debu, dan pecahan batu. Hal ini menyebabkan bumi menjadi sangat panas sehingga tumbuhan menjadi kering. Akibatnya, Dinosaurus herbivora tidak memperoleh makanan, dan akhirnya mati. Hal ini menyebabkan Dinosaurus karnivora juga mati sehingga semua Dinosaurus musnah.
Musnahnya organisme juga dapat disebabkan oleh ulah manusia yang melakukan perburuan liar, penebangan pohon, dan pembakaran hutan. Hal ini menyebabkan organisme kehilangan tempat tinggal dan akhirnya punah.

C. Perkembangbiakan pada Tumbuhan

Perkembangbiakan pada tumbuhan dibagi menjadi dua macam, yaitu perkembangbiakan generatif atau seksual dan vegetatif atau aseksual. Perkembangbiakan generatif adalah perkembangbiakan secara kawin, terjadinya individu baru didahului dengan peleburan sel kelamin jantan dan betina. Sedangkan, vegetatif adalah perkembangbiakan secara tak kawin.

1. Cara Reproduksi pada Tumbuhan

Berikut ini adalah cara-cara reproduksi pada beberapa tumbuhan, baik secara vegetatif maupun generatif.

a. Reproduksi Vegetatif

Reproduksi vegetatif atau aseksual adalah perkembangbiakan secara tidak kawin, individu baru berasal dari bagian-bagian tubuh induknya. Reproduksi vegetatif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu vegetatif alami dan vegetatif buatan.
1) Vegetatif alami
Jenis-jenis perkembangbiakan secara vegetatif alami pada tumbuhan adalah sebagai berikut.
a)    Membelah diri atau pembelahan biner
Perkembangbiakan dengan membelah diri adalah satu sel induk membelah menjadi dua atau lebih sel anak. Setiap sel anak tumbuh menjadi individu baru. Sel anak sama dengan sel induk. Contohnya adalah pembelahan biner pada ganggang biru.
Gambar 4.14 Ganggang biru
Gambar 4.14 Ganggang biru
b)    Spora
Individu baru terbentuk dari spora yang dihasilkan oleh induknya. Tiap spora bisa tumbuh menjadi individu baru. Perkembangbiakan dengan spora terjadi pada alga, jamur, lumut, dan paku-pakuan.
Gambar 4.15 Jamur
Gambar 4.15 Jamur
c)    Stolon atau geragih
Stolon adalah cabang yang tumbuh mendatar di atas permukaan tanah. Contohnya, stroberi, rumput teki, dan daun kaki kuda.
Gambar 4.16 Stolon
Gambar 4.16 Stolon
d)    Umbi
Umbi adalah bagian tanaman yang berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan. Umbi dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
(1)    Umbi akar
Umbi akar adalah akar yang tumbuh membesar dan beberapa tempat pada umbi tersebut terdapat calon tunas yang dapat tumbuh menjadi individu baru. Contoh ubi.
(2)    Umbi batang
Umbi batang adalah batang yang tumbuh membesar. Contoh: wortel, lobak, dan bit.
(3)    Umbi lapis
Merupakan modifikasi dari pelepah daun yang tersusun rapat membentuk umbi. Pada setiap ketiak lapisan terdapat calon tunas. Bagian dasar umbi yang berbentuk cakram merupakan modifikasi dari batang. Contoh: bawang merah, bawang putih, dan bawang bombay.
e)    Rimpang atau akar tinggal
Akar tinggal disebut juga rhizoma, yaitu batang yang tumbuh mendatar di dalam tanah. Contoh: kunyit, jahe, kencur, dan temu lawak.
f)    Tunas
Tunas adalah tumbuhan yang tumbuh dari batang yang berada di dalam tanah. Umumnya, individu baru tumbuh tidak jauh dari induknya sehingga tumbuhan yang berkembang biak dengan tunas membentuk rumpun. Contoh: pisang, bambu, dan tebu.
g)    Tunas adventif
Tunas adventif adalah tunas yang tumbuhnya tidak pada batang, misalnya di daun. Contoh: cocor bebek, cemara, dan sukun.
2) Vegetatif buatan
Vegetatif buatan terbagi menjadi beberapa macam, antara lain:
  • Mencangkok, hanya bisa dilakukan pada tumbuhan yang berkambium (dikotil). Contoh: jeruk, mangga, belimbing, dan jati.
  • Menyambung atau mengenten, dengan tujuan menyambung dua jenis tanaman yang berbeda sifatnya, biasanya dilakukan pada pucuk tanaman. Contoh: singkong karet dengan singkong biasa.
  • Menempel atau okulasi, yaitu menggabungkan dua jenis tanaman yang berbeda sifatnya dengan menggunakan lapisan kulitnya (pada mata tunas). Contoh: jeruk bali dengan jeruk limau.
  • Stek, yaitu cara memperbanyak tanaman dengan menggunakan potongan-potongan dari bagian tubuh tanaman, baik akar, batang, atau daun. Contoh: tebu, tanaman bunga, dan singkong.
  • Merunduk, yaitu membengkokkan cabang atau ranting tanaman ke bawah. Contoh: alamanda dan apel.

b.    Reproduksi Generatif

Tumbuhan melakukan reproduksi generatif dengan cara sebagai berikut:
  1. Konjugasi, yaitu reproduksi generatif pada tumbuhan yang belum jelas alat kelaminnya. Contoh: Spyrogyra (ganggang hijau) yang koloninya berbentuk benang.
  2. Isogami, yaitu peleburan 2 sel gamet atau kelamin yang sama besar. Contoh: Clamydomonas (ganggang biru).
  3. Anisogami, yaitu peleburan 2 sel gamet yang besarnya tidak sama. Gamet 1 lebih kecil (mikrogamet) dan gamet 2 lebih besar (makrogamet). Contoh: Ulva (ganggang yang berbentuk lembaran).
  4. Penyerbukan yang diikuti dengan pembuahan. Terjadi pada tumbuhan berbunga (Antophyta) atau tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Alat kelamin jantan berupa benang sari dan alat kelamin betinanya berupa putik.

c.    Metagenesis

Penjelasan tentang metagenesis adalah sebagai berikut:
  1. Terjadinya reproduksi bergantian antara vegetatif dan generatif.
  2. Terjadi pada tumbuhan lumut dan paku-pakuan.
  3. Setiap generasi mengalami pergiliran keturunan, yaitu dari generasi gametofit (generasi penghasil gamet) ke generasi sporofit (generasi penghasil spora).

2. Penyerbukan

Penyerbukan adalah peristiwa jatuhnya serbuk sari di kepala putik. Berdasarkan penyebab sampainya serbuk sari di kepala putik, penyerbukan dibedakan menjadi:
  1. Anemogami (penyerbukan yang dibantu oleh angin), contohnya rumput, jagung, padi.
  2. Zoidiogami (penyebabnya hewan), dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
    • Entomogami (serangga), contoh: bunga matahari.
    • Kiropterogami (kelelawar), contoh: jambu biji.
    •  Ornitogami (burung), contoh: padi.
    • Malakogami (siput), contoh: tumbuhan buah.
    •  Hidrogami (air), contoh: tumbuhan air.
    •  Antropogami (manusia), contoh: vanili.
Berdasarkan asal serbuk sarinya, penyerbukan dibedakan menjadi:
  1. Autogami (penyerbukan sendiri). Serbuk sari berasal dari bunga yang sama. Autogami yang terjadi sebelum bunga mekar disebut kleistogami.
  2. Geitonogami (penyerbukan tetangga). Serbuk sari berasal dari bunga lain, tetapi masih satu pohon.
  3. Alogami. Serbuk sari berasal dari pohon lain, tapi masih satu varietas.
  4. Bastar. Serbuk sari dari pohon lain yang berbeda varietas.

3. Pembuahan

Pembuahan adalah proses peleburan antara sel kelamin jantan dan sel kelamin betina menjadi zigot sebagai calon individu baru.

a. Pembuahan pada Tumbuhan Biji Terbuka (Gymnospermae)

Tumbuhan Gymnospermae disebut tumbuhan berbiji tertutup karena bijinya tidak tertutup, contohnya melinjo dan pakis haji. Serbuk sari terdiri atas dua sel, yaitu sel vegetatif (besar) dan sel generatif (kecil).
Serbuk sari yang jatuh di kepala putik berada pada tetes penyerbukan, diisap masuk ke ruang serbuk sari melalui mikrofil. Serbuk sari ini akan tumbuh membentuk buluh serbuk sari, kemudian bergerak menuju ruang arkegonium yang berisi sel telur.
Sel generatif akan membelah menjadi dua, yaitu membentuk sel dinding (sel dislokator) dan sel spermatogen. Selanjutnya, sel spermatogen membelah membentuk dua spermatozoid yang mempunyai bulu getar. Jika buluh serbuk sari sudah sampai ke arkegonium, sel vegetatif akan lenyap, sel spermatozoid akan membuahi sel telur dan membentuk zigot. Proses pembuahan ini hanya terjadi satu kali sehingga disebut pembuahan tunggal.

b. Pembuahan pada Tumbuhan Biji Tertutup (Angiospermae)

Apabila serbuk sari jatuh di kepala putik, serbuk sari melekat. Serbuk sari tumbuh menjadi buluh serbuk sari yang di dalamnya terdapat satu inti vegetatif dan dua inti generatif. Buluh serbuk sari menuju ruang bakal biji dengan inti vegetatif sebagai petunjuk jalan. Sesampainya serbuk sari di dalam bakal biji, inti vegetatif mati. Inti generatif 1 membuahi ovum dan menghasilkan zigot, inti generatif 2 membuahi inti kandung lembaga sekunder yang berfungsi menghasilkan cadangan makanan (endosperm) bagi calon individu baru. Pembuahan ini disebut pembuahan ganda karena terjadi dua pembuahan.

4. Pemencaran Organisme

Area atau daerah distribusi organisme satu dengan yang lain tidak sama karena kehidupan organisme sangat bergantung pada kondisi lingkungan. Tumbuhan dapat hidup secara optimum apabila syarat yang diperlukan untuk tumbuh dan lingkungannya dapat dipenuhi.

a. Pemencaran Tumbuhan dengan Bantuan Faktor Dalam

Pemencaran ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pemencaran alat reproduksi vegetatif dan pemencaran alat reproduksi generatif.
1)    Pemencaran alat reproduksi vegetatif
Terjadi pada tumbuhan yang tidak menghasilkan biji. Contoh: pemencaran dengan stolon, rhizoma, umbi batang, dan tunas.
2)    Pemencaran alat reproduksi generatif (pemencaran secara mekanik)
Pemencaran dapat terjadi melalui cara-cara berikut ini:
a)    Mekanisme ledakan
Terjadi pada buah polongan, misalnya: petai cina. Jika kulit buah kering karena sinar matahari, maka akan mengerut dan pecah mendadak (meledak).
b)    Gerak higroskopis
Terjadi pada buah dalam keadaan basah dan karena perbedaan kadar air, kulit buah akan pecah. Misalnya: nangka.
c) Mekanisme pedupaan (dengan penggoyangan), misalnya jagung
Terjadi karena adanya penggoyangan, misalnya oleh tiupan angin. Contoh: jagung.

b. Pemencaran Tumbuhan dengan Bantuan Faktor Luar

Pemencaran ini dibedakan menjadi anemokori, hidrokori, zookori, dan antropokori.
1)    Anemokomori
Anemokori adalah pemencaran dengan bantuan angin. Biasanya terjadi pada struktur biji yang dapat terbang, misalnya ringan dan kecil (biji anggrek), bersayap (biji mahoni), dan berjambul (biji aster, gerbera, dan kapas).
2)    Hidrokori
Hidrokori adalah pemencaran tumbuhan dengan bantuan air. Terjadi pada biji yang berat jenisnya kurang dari satu dan mempunyai perlindungan yang baik (kulit biji ada 3 lapis), misalnya pada kelapa.
3)    Zookori
Zookori adalah pemencaran tumbuhan dengan bantuan hewan. Zookori dibedakan menjadi:
  • Entomokori (dengan bantuan serangga, misalnya tumbuhan bunga).
  •  Ornitokori (dengan bantuan burung, misalnya tumbuhan biji-bijian).
  • Kiropterokori (dengan bantuan kelelawar, misalnya tumbuhan buah-buahan).
  • Mamokori (dengan bantuan mamalia, misalnya kopi oleh musang).
4)    Antropokori (dengan bantuan manusia)
Antropokori dapat terjadi secara sengaja (eksozoit). Misalnya, terjadi pada  tumbuhan yang mendatangkan keuntungan (kopi, cengkeh, padi, dan lain-lain). Secara tidak sengaja (endozoit), misalnya biji rumput jarum yang menempel pada pakaian atau bahan lain yang dibawa oleh manusia.

D. Perkembangbiakan pada Hewan

Perkembangbiakan pada hewan bisa terjadi secara aseksual dan seksual. Hewan avertebrata memiliki cara reproduksi yang berbeda dengan hewan vertebra

1.    Reproduksi pada Hewan Avertebrata

Reproduksi pada hewan avertebrata dapat terjadi secara vegetatif maupun generatif.

a.    Secara Vegetatif

Perkembangbiakan secara vegetatif pada hewan avertebrata adalah dengan cara-cara sebagai berikut.
  1.  Pembelahan biner, contoh: Protozoa.
  2. Fragmentasi (memisahkan sebagian koloni), contoh: Volvox.
  3. Sporalasi (dengan membentuk spora), contoh: Plasmodium.
  4. Tunas atau gemule, contoh: hydra, porifera, dan colenterata.
  5. Regenerasi (membentuk kembali bagian tubuh yang hilang). Contoh: cacing planaria dan bintang laut.

b.    Secara Generatif

Perkembangbiakan secara generatif pada hewan avertebrata adalah dengan cara-cara sebagai berikut.
  • Partenogenesis (individu baru berasal dari sel telur yang tidak dibuahi), contoh: semut jantan dan lebah jantan.
  •  Dengan pembuahan, individu baru berasal dari peleburan sel kelamin betina atau sel telur dan sel kelamin jantan atau spermatozoa.
  • Konjugasi, yaitu reproduksi pada organisme yang belum jelas alat kelaminnya, antara individu jantan dan betina belum bisa dibedakan. Contoh: cacing dan Paramecium.
  • Anisogami, peleburan gamet yang tidak sama besar. Contoh: terjadi pada plasmodium dalam tubuh nyamuk.
  • Hermafrodit, merupakan peristiwa yang menyimpang dari kebiasaan, yaitu individu mampu menghasilkan sel kelamin jantan dan betina.Contoh: hydra, cacing pita, dan cacing tanah.

2.    Reproduksi pada Hewan Vertebrata

Reproduksi pada hewan vertebrata hanya terjadi secara generatif. Terjadinya individu baru didahului dengan adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina (pembuahan/ fertilisasi). Reproduksi pada vertebrata dibedakan menjadi ovipar, vivipar, dan ovovivipar.
a)    Ovipar (bertelur)
Ovivar terjadi pada hewan yang meletakkan telurnya di luar tubuh induk betina. Contoh: unggas, ikan, dan katak.
Gambar 4.22 Ayam merupakan hewan ovipar
Gambar 4.22 Ayam merupakan hewan ovipar
b)    Ovovivipar (bertelur beranak)
Sebenarnya hewan ini bertelur, tetapi embrio berkembang pada saat telur masih berada di dalam tubuh induk betina. Contoh: pada sebagian reptil (kadal dan ular).
Gambar 4.23Kadal merupakan hewan ovovivipar
Gambar 4.23Kadal merupakan hewan ovovivipar
c)    Vivipar (beranak)
Embrio berkembang dalam rahim induk betina. Embrio mendapatkan makanan dari tubuh induk betina melalui plasenta. Contoh: mamalia dan manusia.

a. Proses Pembuahan pada Hewan

Pada hewan tingkat tinggi, jenis kelamin antara hewan jantan dan betina dapat dibedakan. Proses pembuahan berdasarkan tempatnya, dibedakan menjadi pembuahan di luar tubuh dan pembuahan di dalam tubuh.
1)    Pembuahan di luar tubuh
Pembuahan di luar tubuh dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a)    Pembuahan luar secara acak, yaitu peristiwa pengeluaran sperma dan sel telur oleh hewan jantan dan betina secara bersamaan di sembarang tempat dalam air. Contoh: katak dan ikan.
b)    Pembuahan luar dalam sarang, sperma dan sel telur disimpan di dalam sarang atau cekungan.
2)    Pembuahan di dalam tubuh
Pembuahan di dalam tubuh disebut juga fertilisasi internal, terjadi dalam tubuh induk betina. Sel telur dari ovarium yang dihasilkan hewan betina dewasa disalurkan ke saluran telur. Sedangkan, hewan jantan memasukkan sperma ke dalam organ reproduksi betina. Dalam saluran telur terjadi pembuahan atau pertemuan antara sel telur dan sperma. Pembuahan ini dilakukan umumnya pada hewan-hewan reptil, burung, mamalia, serta beberapa jenis ikan dan amfibi.

b. Perkembangbiakan Seksual pada Mamalia

Perkembangbiakan secara seksual pada mamalia adalah sebagai berikut.
1)    Alat perkembangbiakan pada hewan jantan
Hewan jantan mempunyai sepasang testis berbentuk bulat, terletak di dalam kantung yang disebut skrotum. Testis memproduksi sel kelamin jantan (spermatozoa) yang dikeluarkan melalui saluran sperma (vas deferens). Pada alat kelamin bagian luar terdapat penis yang mempunyai fungsi untuk memasukkan sel sperma ke dalam alat kelamin betina.
2)    Alat perkembangbiakan pada hewan betina
Hewan betina mempunyai sepasang ovarium yang terletak di sebelah kanan dan kiri ginjal, ukurannya sangat kecil, berfungsi menghasilkan ovum (sel telur). Jika ovum telah matang, akan terjadi ovulasi (pelepasan ovum) dan keluar ke oviduk menuju uterus (rahim). Uterus merupakan tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio. Setelah uterus, terdapat vagina yang merupakan alat perkawinan luar, yaitu lubang tempat masuknya sel sperma.
3)    Cara perkembangbiakan secara seksual
Jika hewan telah memasuki tahap kedewasaan, sel telur akan dihasilkan dan terjadi ovulasi. Bila terjadi perkawinan, sperma masuk ke dalam alat reproduksi betina. Ovum yang telah diovulasi akan dibuahi dan terjadi di dalam oviduk. Setelah terjadi pembuahan, dihasilkan zigot yang akan bergerak menuju uterus dan menempel pada dinding uterus. Zigot tumbuh dan berkembang menjadi embrio. Untuk memperoleh makanan dan oksigen dari induk, embrio dan induk dihubungkan dengan plasenta dan tali pusat. Embrio setelah mencapai kesempurnaan berubah menjadi fetus (janin) dan siap dilahirkan. Lamanya fetus atau masa kehamilan dalam uterus tiap hewan berbeda-beda.

E. Tingkat Reproduksi

Tingkat reproduksi adalah kemampuan suatu organisme untuk berkembang biak. Artinya, tingkat reproduksi adalah kemampuan suatu organisme untuk menghasilkan keturunan. Tingkat reproduksi sangat mempengaruhi kelangsungan hidupnya suatu organisme.
Tingkat organisme dapat dikatakan rendah bila jumlah keturunan yang dihasilkan sedikit dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Akibatnya, organisme tersebut akan mengalami kepunahan dan menjadi langka. Contohnya adalah badak bercula satu. Untuk menghasilkan satu keturunan atau satu anak membutuhkan waktu ± 6 tahun. Contoh lain adalah harimau sumatra, panda, dan koala.
Tingkat organisme dikatakan tinggi bila mampu menghasilkan keturunan yang banyak dalam waktu yang singkat. Makin banyak suatu makhluk hidup menghasilkan anak atau keturunan, secara tidak langsung kelangsungan hidup makhluk hidup tersebut mampu dipertahankan dan terhindar dari kepunahan. Contohnya adalah sapi, kambing, kelinci, ayam, itik, dan kuda.

F. Ringkasan

  • Adaptasi morfologi adalah penyesuaian bentuk tubuh atau struktur tubuh tertentu suatu organisme terhadap lingkungannya.
  • Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian fungsi kerja alat-alat tubuh suatu organisme terhadap lingkungannya.
  • Adaptasi tingkah laku adalah perubahan perilaku suatu organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
  • Perkembangbiakan generatif adalah perkembangbiakan secara kawin, terjadinya individu baru didahului dengan peleburan sel kelamin jantan dan betina.
  • Perkembangbiakan vegetatif atau aseksual adalah perkembangbiakan secara tidak kawin, individu baru berasal dari bagian-bagian tubuh induknya.
  • Perkembangbiakan secara vegetatif alami terdiri dari membelah diri, spora, stolon atau geragih, umbi akar, umbi batang, umbi lapis, rimpang atau rhizoma, tunas, dan tunas adventif.
  • Vegetatif buatan terbagi menjadi beberapa macam, yaitu mencangkok, menyambung atau mengenten, menempel atau okulasi, stek, dan merunduk.
  • Reproduksi generatif pada tumbuhan dilakukan dengan cara konjugasi, isogami, anisogami, dan penyerbukan yang diikuti dengan pembuahan.
  • Reproduksi secara vegetatif pada hewan avertebrata adalah dengan cara pembelahan biner, fragmentasi, sporalasi (dengan membentuk spora), tunas atau gemule, dan regenerasi (membentuk kembali bagian tubuh yang hilang).
  • Reproduksi secara generatif pada hewan avertebrata adalah dengan cara partenogenesis dan pembuahan.
  •  Reproduksi pada vertebrata dibedakan menjadi ovivar, ovovivivar, dan vivivar.
  • Tingkat reproduksi adalah kemampuan suatu organisme untuk berkembang biak atau menghasilkan keturunan

0 komentar:

Posting Komentar

 
Wordpress Theme by wpthemescreator .
Converted To Blogger Template by Anshul .