1. KUSKUS :
Kuskus
tergolong marsupilia, yaitu mamalia berkantung. Seperti kerabat
dekatnya, Kanguru, kuskus melahirkan anak yang kecil dan belum
sepenuhnya berkembang. Karena itu sejak kelahirannya, anak ini berada di
kantung yang berlapis rambut halus di bagian perut induknya. Setelah
agak besar, anak Kuskus kadang terlihat naik dipunggung induknya dengan
ekor saling berjalinan. Sulawesi merupakan batas barat jangkauan
persebaran Kuskus.
Kuskus
atau lebih dikenal oleh masyarakat sulawesi dengan sebutan memu
dicirikan oleh muka yang bundar dan telinga yang kecil, serta bulu yang
lebat. Kuskus mempunyai ekor panjang yang kuat dan liat dan berfungsi
sebagai alat untuk berpegangan saat berpindah dari dahan ke dahan.
Bahkan ekor ini merupakan senjata pertahanan kuskus bila dirinya akan
ditangkap oleh pemburu, dimana kuskus akan mengaitkan ekornya dengan
kuat pada batang atau cabang bila pohon yang dipanjatnya ditebang oleh
pemburu.
Salah
satu jenisnya adalah Kuskus beruang (Kuse - Ailurops ursinus), memiliki
panjang tubuh lebih dari satu meter, termasuk mamalia terbesar yang
hidup ditajuk atas hutan Sulawesi, aktifitas siang hari, walaupun kuskus
beruang juga beraktifitas pada malam hari. Kuskus Beruang atau Kuse
(Ailurops ursinus) adalah salah satu dari dua jenis kuskus endemik di
Sulawesi. Binatang ini termasuk dalam golongan binatang berkantung
(marsupialia), dimana betinanya membawa bayi di dalam kantong yang
terdapat di bagian perut. Panjang badan dan kepala kuse adalah 56 cm,
panjang ekornya 54 cm dan beratnya dapat mencapai 8 kg. Kuse memiliki
ekor yang prehensil, yaitu ekor yang dapat memegang dan biasa digunakan
untuk membantu berpegangan pada waktu memanjat pohon yang tinggi.
Kuse
mendiami lapisan atas dari hutan. Makanannya terdiri dari daun dan
buah, misalnya daun pohon Kayu kambing (Garuga floribunda), dan Kayu
bugis (Melia azedarach) dan buah pohon Rao (Dracontomelon dao). Kuse
membentuk kelompok kecil yang hanya terdiri dari induk dan bayi. Kecuali
pada musim kawin, kuse jantan dan betina dewasa biasanya hidup
sendiri-sendiri.
Kuse
merupakan binatang yang pendiam. Dia hampir-hampir tidak bersuara
kecuali kalau terganggu. Kuse yang terganggu akan mengeluarkan suara
decak yang disela dengan engahan keras. Kuse yang terdapat di pulau
Sangihe dan Salibabu (Kabupaten Sangihe-Talaud) memiliki ciri yang
sedikit berbeda dari yang terdapat di daratan Sulawesi. Bulunya berwarna
abu-abu pucat yang seragam, ukuran kepalanya berbeda, dan secara
keseluruhan ukurannya lebih kecil. Kuse ini digolongkan sebagai
sub-jenis khas Sangihe-Talaud, dan nama ilmiahnya Ailurops ursinus
melanisticus.
2. KUKANG
Kukang
(Nycticebus coucang) adalah jenis primata yang lucu dan menggemaskan
sehingga tidak heran banyak masyarakat yang menjadikan primate ini
menjadi hewan peliharaan.Keluarga kukang atau sering disebut-sebut
malu-malu, terdiri dari 8 marga (genus) dan terbagi lagi ke dalam 14
jenis. Penyebarannya cukup luas, mulai dari Afrika sebelah selatan Gurun
Sahara, India, Srilanka, Asia Selatan, Asia Timur dan Asia Tenggara.
Dari 8 Marga yang ada, di Indonesia hanya ditemui 1 marga, yaitu
Nycticebus.
Marga Nycticebus terdiri atas 4 (empat) jenis, Yaitu :
1. Nycticebus coucang yang tersebar Semenanjung Malaya, Sumatera dan Kalimantan serta kepulauan sekitarnya.
2. Nycticebus pygmaeus tersebar di laos dan kamboja
3. Nycticebus bengalensis, tersebar di India hingga Thailand.
4. Nycticebus javanicus, hanya tersebar di Jawa.
Kukang
merupakan primata yang hidup di hutan tropis Indonesia, menyukai hutan
primer dan sekunder, semak belukar dan rumpun-rumpun bambu dan
beraktifitas dimalam hari. Kukang tersebar di Asia Tenggara. Di
Indonesia kukang ditemukan di Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Akan tetapi
sampai saat ini belum ada data yang signifikan tentang jumlah populasi
kukang di alam, akan tetapi dilihat dari berkurangnya habitat kukang
serta maraknya perburuan dan perdagangan illegal bisa di jadikan
indikator bahwa keberadaan kukang di alam mengalami penurunan.
Agar terlihat jinak gigi kukang dipotong.
Untuk
menampilkan kesan bahwa kukang itu satwa yang jinak, lucu dan tidak
menggigit, maka oleh pedagang gigi kukang tersebut dicabut dengan
menggunakan tang (pengait) yang biasa dipakai oleh tukang listrik. Dalam
proses pencabutan tersebut gigi kukang sering patah atau remuk dan
menimbulkan luka di mulut. Kemudian kukang tersebut dipegang kakinya
dengan posisi kepalanya di bawah. Selanjutnya kukang tersebut
diputar-putar dengan alasan untuk menghentikan pendarahan. Banyak kasus
kukang yang habis dipotong giginya mengalami infeksi yang bisa berdampak
pada kematian.
Rabu, 18 Februari 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar