1. Cakil
Cakil merupakan
seorang raksasa dengan rahang bawah yang lebih panjang dari pada rahang atas.
Tokoh ini merupakan inovasi Jawa dan tidak dapat di temui di India, dalam
sebuah pertunjukan wayangm cakil selalu berhadapan dengan Arjuna ataupun tokoh
satria yang baru turun gunung dalam adegan Perang Kembang. Tokoh ini hanya
merupakan tokoh humoristis saja yang tidak serius. Sebenarnya, cakil
melambangkan tokoh yang pantang menyerah dan selalu berjuang hingga titik darah
penghabisan karena dalam perang Kembang tersebut Cakil selalu tewas karena
kerisnya sendiri.
2. Dawala
Dawala adalah
punakawan yang digambarkan memiliki hidung mancung, muka bersih, sabar, setia,
dan penurut tetapi kurang cerdas dan kurang begitu trampil. Di Jawa Tengah dan
Jawa Timur, tokoh ini dikenal dengan nama Petruk. Biasanya dikeluarkan bersama dengan
Astrajinga alias Cepot dan Semar sebagai teman humor pada lakon goro-goro atau
lakon humor dalam pagelaran wayang.
3. Gareng
Nama lengkap
dari Gareng sebenarnya adalah Nala Gareng, hanya saja masyarakat sekarang lebih
akrab dengan sebutan ‘Gareng’. Gareng sadalah punakawan yang berkaki pincang.
Hal ini merupakan sebuah sanepa dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu
hati-hati dalam melangkahkan kaki. Selain itu, cacat fisik Gareng yang lain
adalah tangan yang ciker atau patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng memiliki
sifat tidak suka mengambil hak orang lain. Di ceritakan bahwa tumit kanannya
terkena semacam penyakit bubul.
Gareng adalah anak sulung dari
Semar. Dalam suatu carangan, Gareng pernah menjadi raja di paranggumiwayang
dengan gelar Pandu Pragola. Saat itu dia berhasil mengalahkan prabu
Wlgeduwelbeh raja dari Borneo yang tidak lain adalah penjelmaan dari saudaranya
sendiri, yaitu Petruk. Dulunya, Gareng berwujud ksatria tampan bernama Bambang
Sukodadi dari padepokan Bluktiba. Suatu hari, saat baru saja menyelesaikan
tapanya, ia berjumpa dengan ksatria lain bernama Bambang Panyukilan. Karena
suatu kesalah pahaman, mereka malah berkelahi. Dari hasil perkelahian itu,
tidak ada yang menang dan kalah,bahkan wajah mereka berdua rusak. Kemudiann
datanglah Batara Ismaya (Semar) yang kemudian melerai mereka. Karena Batara
Ismaya ini adalah pamong para ksatria Pandawa yang berjalan di atas kebenaran,
maka dalam bentuk Jangganan Samara Anta, dia (Ismaya) memberi nasihat kepada kedua
ksatria yang baru saja berkelahi.
Karena kagum oleh nasihat Batara
Ismaya, kedua ksatria itu minta mengabdi dan minta diakui anak oleh Lurah
Karang Dempel, titisan dewa (Batara Ismaya)itu. Akhirnya Jangganan Samara Anta
bersedia menerima mereka, asal kedua ksatria itu mau menemani dia menjadi
pamong para ksatria berbudi luhur (Pandawa), dan akhirnya ,ereka berdua setuju.
4. Petruk
Petruk adalah
punakawan yang tinggi dan berhidung panjang. Dalam suatu kisah berjudul Petruk
Menjadi Raja, dia memakai nama Prabu Kantong Bolong Bleh Geduweh. Menurut versi
Sunda, Petruk ini bernama Dawala.
5. Togog
Togog adalah
putra dewa yang lahir sebelum Semar, tapi karena tidak mampu mengayomi bumi
maka Togog kembali ke asal (tidak jadi lahir) dan waktu bersamaan lahirlah
Semar. Pada zaman kadewatan di ceritakan Sanghyang Wenang mengadakan sayembara
untuk memilih penguasa khayangan dari ketig cucunya, yaitu Bathara Antaga (togog), Bathara Ismaya
(semar), dan Bathara Manikmaya (Bathara Guru). Untuk itu sayembara diadakan
dengan cara barang siapa dari ketiga cucunya tersebut dapat menelan bulat-bulat
dan memuntahkan kembali Gunung Jamurdipa maka dialah yang akan terpilih menjadi
penguasa khayangan. Pada giliran pertama Bathara Antaga (togog) mencoba untuk
melakukanya, namun yang terjadi malah mulutnya robek dan jadi dower seperti
yang kita lihat pada karakter Togog sekarang. Giliran berikutnya adalah Bathara
Ismaya (Semar) yang melakukanya, Gunung Jamurdipa dapat di telan bulat-bulat,
tetapi tidak dapat di keluarkan lagi, dan jadilah Semar berperut buncit karena
ada gunung di dalamnya. Karena sayembara sudah musnah di telan Semar maka yang
berhak memenangkan sayembara dan di angkat menjadi penguasa kadewatan adalah
sang HyangManikmaya atau Bathara Guru, cucu bungsu daru sang Hyang Wenang.
Adapun Bathara Antaga (togog)
dan Bathara Ismaya (semar) akhirnya di utus turun e Maycapada (dunia manusia) untuk
menjadi penasihat, dan pamong pembisik makna sejati kehidupan dan kebijakan
pada manusia, yang pada akhirnya Semar di pilih sebagai pamong untuk para
ksatria berwatak baik (Pandawa) dan Togog di utus sebagai pamong untuk para
ksatria dengan watak buruk.
6. Bilung
Bilung
adalah seorang raksasa kecil yang berteman dengan para punakawan, dia adalah sahabat
dari Togog dan kemana-mana selalu berdua. Bilung digambarkan sebagai tokoh dari
luar jawa yaitu Melayu. Setiap bertemu denga Petruk selalu menantang berkelahi dan
mengeluarkan sauara kukuruyuk seperti ayam jago. Namun, sekali dipikul oleh
Petruk dia langsung kalah dan menangis. Dalam beberapa cerita wayang, Bilung
yang punya nama lain Tokun ini terkadang berperan menjadi punakawan yang
memihak musuh. Biasanya Bilung akan memberi masukannya tidak di dengarkan oleh
majikannya, dia akan berbalik memberi berbagai masukan yang ubruk.
7.Bagong
Bagong
adalah nama salah satu tokoh punakawan dalam cerita wayang dari Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Dalam cerita wayang dari Jawa Barat, ia bernama Cepot atau nama
yang lebih lengkapnya, yaitu Astrajingga. Bagong adalah anak ketiga dari Semar
dengan Ibunya Sutiragen. Dengan bersenjatakan golok, kebiasaan Bagong adalah
selalu membuat humor, tidak peduli kepada siapa pun, baik ksatria, raja maupun
para dewa. Meskipun demikian, lewat humor-humornya dia memberi nasihat, petuah
dan kritik.
Lakonnya biasanya di keluarkan
pleh dalang di tengah kisah, selalu menemni para ksatria dan di gunakkan dalang
untuk menyampaikan pesan-pesan bebas bagi pemirsa dan penonton baik itu
nasihat, kritik, petuah atau sindiran yang tentu saja akan disampaikan secara
humor.
Dalam perang, Bagong biasanya
ikut perang dengan membawa golok. Lawan utamanya adalah raksasa yang selalu menjadi
mangsa goloknya. Namun, Bagong sering merasa kewalahan jika melawan para
ksatria tersebut.
8. Cangik
Seorang
peayan wanita, pelawak kesayangan para penonton biasanya mengiringi kehadiran
Sumbadra atau putri kelas atas lainya. Meskipun perawakannya kurus, dadanya
mengerut dan penampilanya aneh, dia sangat mudah tersipu-sipu dan genit , dengan
sisir yang selalu ia bawa sebagai buktinya. Suaranya tinggi, melengking, dan
seperti bersiul karena dia tidak mempunyai gigi.
9. Limbuk
Limbuk
adalah perempuan Cangik, juga seorang abdi perempuan yang konyol. Meskipun
penampilanya sangat berbeda dengan ibunya, dia memunyai rasa keyakinan yang
sama akan daya tariknya yang tinggi. Dia juga membawa sebuah sisir denganya
kemana-mana. Suaranya keraas, rendah dan menyentuh secara janggal.
10. Tualen
Tualen
atau malen merupakan salah satu tokoh punakawan (bahasa bali parekan) dalam
tradisi pewayangan di Bali. Karakternya mirip dengan Semar dalam pewayangan
Jawa. Dalam tradisi pewayangan Bali, Taulen di gmbarkan seperti orang tua
berwajah jelek, kulitnya berwarna hitam, namun di balik penampilanya tersebut ,
hatinya mulia, perilakunya baik, sopan santun, dan senang memberi petuah bijak.
Dalam tradisi pewayangan Bali umumnya, putranya berjumlah tiga orang, yaitu
Merdah, Delem, dan Sangut. Mereka berempat
(termasuk Tualen) merupakan punakawan yang sangat terkenal di kalangan
masyarakat Bali.
11. Merdah
Merdah
merupakan salah satu tokoh punakawan (bahasa Bali:parekan) dalam tradisi
pewayangan Bali. Menurut masyarakat Buleleng (Bali Utara), Merdah merupakan
adik Tualen, namun menurut tradisi Bali Tengah dan masyarakat Bali pada
umumnya, Merdah merupakan salah satu putra Taulen. Dalam pertunjukkan wayang,
Merdah sering muncul bersama Taulen, melakukan dialog penuh lelucon, namun
sarat nasihat.
12. Delem
Delem
atau Melem merupakan salah satu tokoh punakawan (bahasa Bali: parekan) dalam
tradisi pewayangan Bali. Delem bermata juling, lehernya gondok, dan tubuhnya
pendek. Dalam pewayangan kulitnya berwarna merah tua. Delem bersifat angkuh,
sombong, licik, dan suka omong besar. Di hadapan para ksatria dan para raja ia
selalu tunduk, namun kepada orang yang lebih muda darinya bertingkah sombong. Dalam
pewayangan Bali, Delem sangat terkenal dan sering muncul bersama dengan Sangut,
melakukan dialog penuh lelucon namun terselip nasihat. Keduanya merupakan tokoh
punakawan yang sifatnya jelek.
13. Sangut
Sangut
merupakan salah seorang tokoh punakawan (bahasa Bali: parekan) dalam tradisi
pewayangan Bali. Dalam pewayangan, Ssangut dilukiskan berbibir monyong dan
berkulit kuning. Diantara para punakawan, tubuhnya yang paling kurus, tapi
perutnya besar. Dalam pertunjukkan wayang ia sering muncul bersama Dalem dan
melakukan dialog penuh lelucon.
1 komentar:
banyak juga tokoh carangannya
Posting Komentar