Potensi berasal dari bahasa Inggris to potent yang berarti keras,
kuat. Istilah lain potensi adalah kemampuan, kekuatan, kesanggupan atau
daya baik sudah terwujud atau belum terwujud. Menurut kamus umum Bahasa
Indonesia potensi berarti kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan. Berdasarkan pengertian di atas potensi merupakan daya yang
dimiliki oleh setiap manusia.
Hanya saja, daya itu belum
terwujud atau belum dimanfaatkan secara maksimal. Dalam& penjelasan
di atas telah disinggung bahwa manusia dianugerahi cipta, rasa, dan
karsa. Ketiga hal tersebut yang disebut potensi dasar. Dengan daya
cipta, manusia mampu menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan
diri sendiri atau dimanfaatkan oleh orang lain. Melalui perasaan,
manusia mampu merasakan atau membedakan mana yang baik atau mana yang
buruk. Sedangkan dengan karsa, manusia mempunyai kemauan untuk melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Dengan memanfaatkan potensi dasar
secara optimal manusia dapat mencapai prestasi yang bermanfaat bagi
kehidupan.
Macam-macam potensi diri
Secara umum, Budiyanto (2006:3) menyebutkan bahwa potensi diri setiap manusia terdiri dari:
Potensi fisik (psychomotoric) adalah organ fisik manusia yang dapat
dipergunakan dan diberdayakan untuk berbagai kepentingan pemenuhan
kebutuhan hidup. Setiap potensi fisik yang dimiliki manusia mempunyai
fungsi sendiri-sendiri. Misalnya: kaki untuk berjalan, mulut untuk
berbicara, telinga untuk mendengar dan lain sebagainya.
Potensi
mental intelektual (intellectual quotient) adalah potensi kecerdasan
yang ada dalam otak manusia. Potensi ini berfungsi untuk menganalisis,
merencanakan, menghitung dan lain sebagainya.
Potensi emosional
(emotional quotient), adalah potensi kecerdasan yang ada pada otak
manusia (otak belahan kanan). Potensi berfungsi untuk mengendalikan
marah, bertanggung jawab, motivasi, kesadaran diri dan lain sebagainya.
Potensi mental spiritual (spiritual quotient), adalah potensi
kecerdasan dalam diri sendiri yang berhubungan dengan kearifan di luar
jiwa sadar (bukan hanya mengetahui nilai tetapi menemukan nilai.
Spiritual quotient dapat terbentuk melalui pendidikan agama formal.
Potensi Ketahanmalangan (adversity quotient), adalah potensi kesadaran
manusia yang bersumberkan pada bagian dalam diri manusia yang
berhubungan dengan keuletan, ketangguhan dan daya juang. Adversity
quotient (AQ) adalah faktor spesifik sukses (prestasi) seseorang karena
mampu merespon berbagai kesulitan. Melalui AQ manusia mampu mengubah
suatu rintangan sebagai penghalang menjadi peluang.
Howard
Gardner (1985) seorang tokoh teori multiple intellligence dalam bukunya
Frame of Mind, menyatakan bahwa bahwa ada delapan jenis kecerdasan.
Setiap orang akan memiliki semua jenis kecerdasan dan akan
memprioritaskan kecerdasan sebagai pilihan pribadi. Kedelapan kecerdasan
tersebut adalah sebagai berikut:
Kecerdasan logis matematis (logical mathematicaal intellegence) kecakapan
untuk menghitung, mengkuantitatif, merumuskan proposisi dan hipotesis
serta memecahkan perhitungan-perhitungan matematis yang komplek.
Ilmuwan, akuntan, ahli ekonomi, Insinyur, programer komputer menekankan
kecerdasan ini.
Kecerdasan linguistik verbal (verbal-linguistic
intelligence), kecakapan berpikir melalui kata-kata, menggunakan bahasa
untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks. Para penulis atau
pembicara profesional menekankan jenis kecerdasan ini.
Kecerdasan
interpersonal (interpersonal intelligence) kecerdasan untuk
berkomunikasi dengan baik dan mengamati isyarat nonverbal merupakan
dasar kecerdasan ini. Seorang guru atau penasehat selalu mempergunakan
kecerdasan ini dengan baik.
Kecerdasan ruang visual (visual
spatial intelligence) merupakan kecakapan berpikir dalam ruang tiga
dimensi. Pilot, astronot, pelukis, arsitek, perancang paling menekankan
kecerdasan ini.
Kecerdasan kinestetik (kinesthetik intelligence),
kecakapan melakukan gerakan dan ketrampilan kecakapan fisik seperti
dalam olah raga, atletik, menari, kerajinan tangan, bedah. Olahragawan,
atltetik, penari, perajin, dokter bedah, mekanik cenderung menekankan
kecerdasan ini
Kecerdasan musik (musical intelligence) kecakapan
untuk menghasilkan dan menghargai musik, sensitivitas terhadap melodi,
ritme, nada, tangga nada, menghargai bentu-bentuk ekspresi musik.
Komponis, dirigen, musisi, kritikus musik, pembuat instrumen musik,
penyanyi, pengamat musik cenderung menekankan kecerdasan ini.
Kecerdasan hubungan sosial (interpersonal intelligence) kecakapan
memahami dan merespon serta berinteraksi dengan orang lain secara baik.
Guru, konselor, pekerja sosial, aktor, pemimpin masyarakat, politikus,
memiliki kecerdasan sosial yang baik.
Kecerdasan naturalis
(nature intelligence) kemampuan untuk mengamati, memahami, dan menyusun
pola atau unsur dalam lingkungan alami. Kecerdasan ini dapat dimiliki
siapa saja mulai ahli biologi molekuler sampai ilmuwan forensik.
Semua
potensi tersebut di atas, merupakan kemampuan yang belum terwujud
secara optimal Supaya potensipotensi yang berada pada diri manusia dapat
didayagunakan secara optimal diperlukan adanya ambisi dan kemauan untuk
mengasah atau melatihnya. Ambisi dapat mendorong manusia untuk
memperoleh apa yang diinginkan manusia. Manusia yang dalam hidupnya
tidak memiliki ambisi dapat dikatakan sebagai manusia yang enggan untuk
mengubah dirinya sendirinya. Selain ambisi, manusia harus mempunyai
kemauan untuk mengasah potensi-potensi yang dalam dirinya. Mengasah
berarti melatih secara terus-menerus potensi agar dapat berdayaguna.
Mengembangkan potensi diri
Manusia
harus mau berkerja keras untuk mengembangkan potensi secara obyektif
dan realistis. Obyektif berarti dalam mengembangkan potensi diri harus
bersikap jujur, apa adannya, tidak berlebih-lebihan dan tidak mengurangi
apa yang telah menjadi kenyataannya. Dengan sikap obyektif ini maka
dalam mengembangkan potensi dirinya akan bersikap proporsional, sesuai
dengan kemampuan yang ada. Sedangkan realistis adalah bahwa dalam
mengembangkan potensi diri manusia selalu belandaskan kenyataan. Apa
yang kita kembangkan sesuai dengan dengan apa yang ada pada diri kita.
Pengembangan
potensi diri mempunyai manfaat untuk mengembangkan nature dan nurture.
Nature adalah sikap pribadi manusia yang terbentuk dari pembawaan sejak
lahir. Sedangkan yang dimaksud dengan nurture adalah sikap pribadi
manusia yang terbentuk karena pengaruh lingkungan. Pengembangan potensi
sebagai upaya untuk memaksimalkan seluruh potensi yang positif dan
meminimalkan seluruh kelemahan yang ada pada diri manusia, yang akhirnya
mampu bersikap sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk pribadi maupun
sosial atau sebagai makhluk Tuhan.
Menurut La Rose, pengembangan diri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu:
Bergaul dengan yang bukan satu profesi.
Pilihlah teman yang dapat diajak diskusi dan tidak mudah tersinggung, serta mau memberi umpan balik yang sesuai realita.
Bersikap dan berpikir positif terhadap sesama.
Biasakan mengucapkan berterima kasih.
Biasakan mengatakan hal-hal yang menghargai orang lain.
f. Biasakan berbicara aktif (Budiyanto, 2005: 8).
Ciri-ciri orang yang berpotensi
La Rose (1991:56) menyebutkan bahwa orang yang berpotensi memiliki ciri-ciri-ciri sebagai berikut:
Suka belajar dan mau melihat kekurangan dirinya,
Memiliki sikap yang luwes,
Berani melakukan perubahan secara total untuk perbaikan,
Tidak mau menyalahkan orang lain maupun keadaan.
Memiliki sikap yang tulus bukan kelicikan
Memiliki rasa tanggung jawab,
Menerima kririk saran dari luar,
Berjiwa optimis tidak mudah putus asa.
Dalam upaya mengembangkan potensi diri untuk meraih prestasi, kita harus selalu mengembangkan sikap sebagai berikut:
Berdoa kepada Tuhan. Sebagai makhluk yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan sebelum melakukan suatu aktifitas terlebih dahlu harus berdoa
kepada Tuhan. Dengan berdoa diharapkan apa yang kita lakukan akan
berhasil dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Mengenal potensi diri. Sebagai makhluk individu dalam pengembangan
potensi diri perlu mengetahui akan kekurangan dan kelebihan pada diri
kita. Dengan mengetahui akan diri kita sendiri apa yang akan kita
lakukan dapat bermanfaat dalam hidup.
Belajar secara teratur.
Dengan belajar secara teratur dapat memberikan dorongan untuk meraih
cita-cita hidup. Sebagai seorang pelajar untuk mendapat prestasi yang
tinggi harus belajar secara teratur. Kebiasaan gemar membaca akan
menambah wawasan yang luas. Selain itu, kita akan memperoleh berbagai
pengetahuan yang bermafaat dalam kehidupannya.
Tidak putus asa.
Dalam mengembangkan potensi diri, kita harus menyadari bahwa di
sekeliling kita banyak hambatannya. Supaya cita-cita kita berhasil harus
menyadari akan kelihan ataupun kekurangan yang berada diri kita
masing-masing.
Menetapkan cita-cita. Seorang pelajar akan
berhasil dalam bejarnya jika telah menetapkan cita-citanya. Cita-cita
yang ditetapkan harus diusakan dapat terwujud dengan baik.
Hambatan dalam pengembangan potensi diri
Untuk
mencapai suatu prestasi tidak semudah apa yang kita bayangkan. Setiap
usaha yang kita lakukan selalu ada hambatan. Kita harus bisa
meminimalkan hambatan yang sering menjadikan kegagalan agar potensi diri
dapat berkembang sesuai yang diharapkan. Hambatan-hambatan yang sering
muncul dalam pengembangan potensi diri adalah sebagai berikut:
a. Hambatan yang berasal dari diri sendiri.
Hambatan
yang lahir dari diri sendiri seseorang meliputi tidak ada tujuan jelas,
adanya prasangka buruk, tidak mau mengenal diri sendiri, tidak memiliki
sikap sabar, ada perasaan takut gagal, kurang motivasi diri, bersikap
tertutup dan sebagainya.
b. Hambatan dari luar diri sendiri
Hambatan
yang datangnya dari luar diri sendiri meliputi lingkugan keluarga,
lingkungan kerja, lingkungan bermain, budaya masyarakat, sistem
pendidikan, kualitas makanan yang dikonsumsi (gizi), dan sebagainya.
Sabtu, 14 Februari 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar