Beberapa waktu lalu, publik dihebohkan dengan kasus meninggalnya
Kasih Ramadani, 7 tahun yang tewas setelah dianiaya oleh ayah kandungnya
sendiri. Sang ayah mendadak marah, karena korban terus berebut pakaian
dengan kakaknya.
Akibat lepas kendali, ayah Kasih memukulnya di
bagian kepala. Karena terlalu keras memukul, bocah malang ini harus
kehilangan nyawa. Publik mengecam sikap pelaku, yang bisa-bisanya
melakukan hal itu, meski dengan alasan tidak sengaja (memukul terlalu
keras). Psikolog klinis dan konsultan kesehatan, RA. Oriza Sativa, S.
Psi, Psi, CH, CCR juga menyayangkan hal ini.
"Hal ini sangat
memilukan bagi kami, psikolog. Saya pun, secara pribadi, sangat amat
mengutuk kekejian terhadap anak-anak yang justru dilakukan orangtuanya
sendiri," ujarnya.
Jangankan kekerasan fisik, konsultan kesehatan mental ini juga
mengecam segala bentuk kekerasan pada anak. Baik verbal, psikis,
seksual, hingga kekerasan fisik berujung maut.
Menurut Oriza, di
zaman yang sudah sangat modern, seharusnya setiap orang memiliki akses
mudah untuk mengekspresikan diri dan emosi. "Undang-undang mengenai
perlindungan anak sudah ditegakkan pemerintah, jadi sungguh ironis jika
kejadian ini masih terjadi," tambahnya.
Kendalikan amarah
Menurut
Oriza, satu anak yang mengalami kekerasan, bisa merusak satu generasi
muda yang memiliki potensi berlimpah."Wajar bila seseorang emosi, karena
setiap manusia memiliki masalah. Tapi tidak harus dilampiaskan dengan
kekerasan, apalagi pada anak-anak yang tidak berdaya membalas. Sebelum
marah, pikir dulu alasan dan tujuan dari amarah ini," ujar wanita yang
praktik di RS Awal Bros, Kalimalang, Bekasi itu.
Oriza
menyarankan bagi para orangtua untuk pandai-pandai mengelola emosi dalam
diri, saat ingin memberi pelajaran pada anak. Pelajaran di sini, tentu
bukan bermakna fisik, namun pelajaran dalam bersikap dengan cara halus
pastinya.
"Menjadi orangtua memang rumit, karena harus memikul
beban yang berat dan banyak. Namun jika tidak pandai mengontrol emosi,
bisa-bisa anak jadi korban," katanya.
Cara mengendalikan emosi,
menurut Oriza, bisa dilakukan dengan dua cara, yakni dengan mencegah
pemicu emosi, dan mengontrol emosi itu sendiri. Lebih jauh, ia
mengatakan, sebaiknya hukum mengenai kekerasan pada anak semakin
ditegakkan.
"Jika ada hukum cambuk pada pelaku, saya dukung lho. Para pelaku harus merasakan bagaimana rasanya mendapat perlakuan kasar dan keji macam itu," ungkapnya emosi dan kecewa.
Psikolog ini menyarankan kepada orangtua, agar mendidik anak tanpa
harus melibatkan kontak fisik. Dengan begitu, anak akan tumbuh menjadi
sosok dewasa yang bertanggung jawab, serta berguna bagi generasinya
kelak.
Kamis, 26 Februari 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar