Senja sore hari selalu dinanti bagi para kawula muda-mudi di Kota
Makassar. Namun, di sisi lain, bukan hanya Pantai Losari yang menjadi
tempat untuk menanti tenggelamnya matahari.
Benteng Fort Rotterdam pun salah satu pilihan alternatif untuk menyaksikan indahnya panorama mentari dari laut lepas.
Ada
lagi, Benteng Ujung Pandang, nama benteng ini yang dahulu kala
merupakan markas pasukan Kerajaan Gowa, dan dibangun oleh raja Kerajaan
Gowa ke-9 pada abad ke-15.
Fort Rotterdam dahulu bernama Benteng
Panyua, bangunan tua nan megah ini dibangun sekitar 1545. Disebut
Panyua, karena jika dilihat dari atas seperti hewan Penyu.
Dalam
filosofinya, benteng dengan bentuk penyu dipilih karena ia bisa hidup di
daratan dan juga lautan. Maka saat itu, filosofi tersebut menjadi suatu
simbol dari Kerajaan Gowa yang bisa berjaya baik di daratan maupun
lautan.
Bangunan Benteng yang letaknya tak jauh dari pesisir
pantai sebelah barat Makassar ini, pertama kali dibangun Raja Gowa ke 9,
I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapparisi Kalonna.
Dalam
catatan sejarahnya, benteng ini berbahan dasar tanah liat, lalu diganti
dengan batu padas pada masa kepemimpinan Sultan Alauddin Raja Gowa
ke-14.
Benteng ini tidak hanya ramai dikunjungi oleh wisatawan
lokal, namun kerap menjadi lokasi pertemuan atau kegiatan-kegiatan
sosial. Beberapa bagian dijadikan museum, di mana terletak Museum
Lagaligo yang berada di bagian kanan dan menyimpan benda-benda sejarah
kerajaan.
Bagi pengunjung yang hendak mengetahui perjalanan
sejarah dan melihat secara dekat benda-benda peninggalan zaman dahulu,
cukup membeli dan membayar tiket masuk Rp5.000.
Di sini lah,
semua peninggalan kerajaan tertata rapi dalam etalase kaca yang
dilengkapi dengan informasi tata cara menggunakannya kala itu, di
antaranya alat masak, peralatan pernikahan, perlengkapan pertanian, dan
benda sejarah lainnya. Uniknya, terdapat naskah Lontara yang tertuang
peraturan pemerintahan dan kemasyarakatannya pada masa itu.
Dalam
tulisan naskah Lontara, ditulis di atas daun lontar menggunakan lidi
atau kalam dari ijuk kasar, dan Lontara memiliki beragam versi baik
bentuk maupun isinya, berupa buku berisi primbon, dongeng binatang,
bahkan ada yang menyerupai pita kaset.
Menyusuri Fort Rotterdam,
membuat seolah berada pada masa perang dunia ke-2, di mana arsitektur
art deco membuat terkesan dengan sejarah abad pertengahan yang sarat
budaya.
Benteng yang berada di atas lahan luas sekitar 3 hektare,
dengan bentuk bangunan klasik yang kokoh, sudah mengalami renovasi pada
beberapa bagian dan Benteng Fort Rotterdam dibangun untuk menjadi
benteng pertahanan rakyat Makassar terhadap penjajahan Belanda. Namun
sayangnya, setelah berhasil dikuasai Belanda, benteng ini berubah
menjadi tempat utama penyimpanan rempah-rempah.
Fort Rotterdam
memiliki pesona sejarah yang kuat hingga kini masih populer dan menjadi
destinasi wisata bagi wisatawan lokal maupun domestik serta mancanegara.
Benteng peninggalan sejarah Kesultanan Gowa ini, dalam catatan kisahnya
dikenal sebagai markas pasukan katak Kerajaan Gowa. (art)
Kamis, 26 Februari 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar