Peneliti berhasil mengungkap trik rahasia yang digunakan untuk memengaruhi keputusan seseorang dalam memilih kartu.
Dream
- Seorang peneliti Kanada yang juga berprofesi sebagai pesulap telah
mengungkapkan trik rahasia yang digunakan untuk memengaruhi keputusan
seseorang dalam memilih kartu.
Penelitian ini mengungkapkan
bagaimana faktor-faktor kontekstual tertentu dapat memengaruhi keputusan
orang untuk memilih, meskipun mereka mungkin merasa bahwa mereka
memilih secara bebas.
Para peneliti mengatakan temuan ini bahkan dapat memengaruhi pengambilan keputusan sehari-hari.
"Kami
mulai dengan prinsip sulap yang kita tidak sepenuhnya pahami: bagaimana
pesulap memengaruhi penonton untuk memilih kartu tertentu tanpa
disadari mereka," papar Jay Olson, penulis utama dari studi baru yang
diterbitkan dalam Consciousness and Cognition dikutipDream.co.id dari
laman Daily Mail, Kamis 11 Februari 2015.
"Kami menemukan bahwa
orang cenderung memilih opsi yang lebih menonjol atau menarik perhatian,
tetapi mereka tidak tahu mengapa mereka memilih itu."
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap.
Pada
bagian pertama, Olson (yang juga seorang pesulap profesional) mendekati
118 orang di jalan-jalan dan kampus-kampus. Dia meminta mereka untuk
memilih kartu dengan melirik satu yang menonjol saat ia membalik-balik
setumpuk kartu.
Meski kartu dikocok sekitar setengah detik, namun
Olson menggunakan teknik untuk membuat salah satu kartu - disebut ‘kartu
sasaran’ - lebih menonjol daripada yang lain.
Sekitar 98 persen dari peserta memilih kartu sasaran; tapi sembilan dari 10 dilaporkan merasa mereka memiliki pilihan bebas.
Banyak
penjelasan tak ilmiah mengapa mereka membuat keputusan memilih kartu.
Salah satu peserta mengaku ia memilih kartu sasaran (10 Hati) karena
hati adalah simbol umum dan warna merah lebih menonjol.
Pada tahap
kedua, para peneliti menciptakan versi sederhana dari riffle (teknik
mengocok kartu) berbasis komputer dengan menghadirkan rangkaian 26
gambar kartu berurutan pada layar.
Para peneliti meminta peserta
untuk diam-diam memilih kartu, kemudian memasukkannya pada setiap 28
percobaan yang berbeda. Secara keseluruhan, peserta yang memilih kartu
sasaran mencapai 30 persen.
Menurut rekan penulis Ronald Rensink,
seorang profesor psikologi dan ilmu komputer di University of British
Columbia, tingkat ini jauh lebih rendah dibandingkan dalam studi
pertama.
Karena banyak faktor sosial dan situasional yang biasa
ditemui pada panggung sulap absen dari laboratorium yang dijadikan
tempat penelitian.
Dalam pertunjukkan sulap, misalnya, penonton
mungkin dipengaruhi oleh kepribadian si pesulap dan tekanan untuk
memilih kartu dengan cepat.
"Sulap menjadi lensa sederhana untuk
memeriksa dan mengungkap perilaku dan pengolahan fungsi otak yang lebih
tinggi," kata rekan penulis Amir Raz, yang merupakan mantan pesulap
profesional dan peneliti di Cognitive Neuroscience of Attention di
Fakultas Kedokteran McGill, Kanada. (Ism)
Sabtu, 14 Februari 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar