Ya, panen padi tengah hutan ini mungkin bisa Anda lakukan
di Banyumas, Jawa Tengah. Tepatnya di Desa Pekuncen, Kecamatan,
Jatilawang, Banyumas. Di daerah itu, ada sistem tanam padi unik yang
merupakan inovasi Pemerintah Provinsi Jateng. Bekerja sama dengan
Perhutani dan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, petani padi bisa
menanam padi di tanah area hutan.
Berada di area hutan milik Perhutani seluas 44 hektare,
hutan itu dulunya dipenuhi pohon akasia. Namun, kini tersulap menjadi
areal pertanian dengan tanaman padi sebagai tanaman utama. Di samping
itu, pohon pinus kecil tampak di area pertanian tersebut.
Konsep pertanian di wilayah perbatasan Banyumas-Cilacap itu diberi nama Integrate Farming System.
Sistem itu telah dimulai sejak 2014. Para petani penggarap diberikan
keuntungan untuk menggarap tanah Perhutani itu secara gratis. Karena
berada di lahan hutan, sistem pengairan yang dipakai adalah dengan model
tadah hujan.
Menggunakan bibit padi khusus berjenis Inpago 5 dan
Situbagendit, hasil tanam padi tengah hutan yang dimulai sejak November
2015 itu kini telah memasuki panen raya.
Panen raya perdana bahkan dihadiri langsung Gubernur Jawa
Tengah, Ganjar Pranowo dan Dirut Perum Perhutani, Mustoha Iskandar,
Bupati Banyumas Achmad Husein dan perwakilan Rektor UGM Yogyakarta.
Di sela panen raya itu, Ganjar mengatakan, cara bercocok
tanam di Banyumas tersebut terbilang menjadi inovasi baru di Jateng.
Apalagi, lahan pertanian milik Perhutani memang telah disiapkan untuk
program Integrate Farming System di lahan hutan.
"Kalau soal ilmu pengetahuan, perguruan tinggi kan
siap. Secara lahan Perhutani punya. Maka semua lahan Perhutani bisa
dimanfaatkan masyarakat," kata Ganjar di sela panen raya di Banyumas,
Kamis 5 Maret 2015.
Adapun hasil pertanian model baru itu dianggap cukup
memuaskan. Dalam satu hektare lahan pertanian hutan akan menghasilkan
5-6 ton gabah dalam sekali panen.
Untuk tahun ini, hasil pangan Jateng telah mencapai angka
11,6 ton. Jumlah itu bahkan lebih banyak 2,85 ton dari target yang
ditentukan. "Jadi, dengan ini, semoga target peningkatkan produksi bisa
tercapai," ujar dia.
Wanto (40), salah seorang petani penggarap mengaku senang
dengan program tanam padi di lahan hutan milik Perhutani itu. Selain
mudah, sistem ini juga akan membantu masyarakat kecil yang tidak
memiliki lahan.
"Kami boleh menggarap lahan. Saya menanam kayu dan padi di
lahan hutan. Kayunya milik Perhutani, tapi padinya sepenuhnya milik
saya," ujar bapak dua anak itu.
Tidak hanya bagi petani, konsep unik ini juga bisa
dikunjungi masyarakat. Selain melakukan treking menyusuri hutan,
wisatawan juga bisa merasakan bagaimana serunya panen raya di sawah yang
berlokasi di tengah hutan. (art)
0 komentar:
Posting Komentar